Sebetulnya, saya belum pernah makan nasi jinggo, makanya saya begitu penasaran kenapa nasi ini begitu terkenal. Ditemani oleh sahabat kami, Mbak Putu Purnie, kami langsung meluncur ke Jalan Thamrin di Denpasar. Tempat makannya sangat remang-remang, ha-ha-ha..., di luar ekspektasi saya. Meskipun makannya dengan duduk lesehan, itu tidak masalah. Di depannya ada sebuah meja panjang, kemudian ada 3 keranjang yang berisi nasi jinggo. Isinya ada yang pakai ayam suwir dan ada juga yang pakai daging. Kemudian ada juga keripik kulit ayam yang dijual terpisah.
Saya ambil nasi jinggo yang berisi ayam suwir. Begitu saya buka, isinya ternyata sedikit. Ya, wajar juga, sih, harganya juga hanya Rp 2.500 per bungkus. Selain nasi, ada suwiran ayam, orek tempe, dan sambal. Sedangkan yang satunya lagi berisi nasi, daging, mi, orek tempe, dan sambal. Kami aduk-aduk dulu dengan sambalnya, baru, deh, dimakan. Nyam-nyam-nyam, nikmat banget. Akan terasa lebih nikmat kalau Anda memakannya dalam kondisi lapar sekali. Mba Purnie yang sedang kelaparan pun sampai makan 3 bungkus nasi jinggo. O, iya, kulit ayam nya juga enak lho, renyah dan gurih sekali.
- kompas/doyanmakan.